Halo gais, kali ini gw bakal ngebahas salah satu lagu dari band for revenge lagi yang berjudul Semula. Lagu ini gak sengaja gw dengar dari salah satu platform musik yang ada. Kalau tidak salah , lagu ini rilis sekitaran bulan Oktober tahun lalu. Berdasarkan judul lagunya, kita sudah bisa menebak akan kemana makna dari lagu ini. Single bermula ini pun masih terasa sangat kental di pengaruhi dari album Perayaan Patah Hati, sepertinya for revenge masih mengajak kita berpesta pora dalam perayaan patah hati kita sebagai pendengar.
Fase pertama, Kesedihan
Fase pertama merupakan tahap kesedihan. Pada lirik awal pun sebenarnya kita sudah bisa menebak POV dari seseorang yang mengalami patah hati yang hebat.
Kembaliku ketempat semula
saat sepi terasa sederhana
Kembaliku ketempat seharusnya,
saat dimana kau tak ada.
mungkin takkan terjadi
akhirnya nyaris mati
Lirik diatas menggambarkan saat pertama kali seseorang mengalami patah hati. seseorang yang kembali ke titik awalnya, tanpa siapapun , hanya ada kesendirian. Seseorang yang diliputi kesedihan mendalam saat ditinggal orang terkasihnya. Pengambaran ini terlihat dari lirik "saat dimana kau tak ada", ini menunjukkan tentang hubungan yang telah berakhir.
Fase Kedua, Penyesalan dan Pengandaian
Pada bagian reff menunjukkan fase kedua, sebuah fase penyesalan dan pengandaian.
Semestinya kau dan aku tak pernah bermula
Dan saling melupa
Semestinya kau dan aku tak pernah bersela
Dan saling melupa
Pada Lirik diatas, menunjukkan bagaimana rasa penyesalan ini diungkapkan. Penyesalan atas pertemuan yang terjadi yang mengakibatkan seseorang mengenal rasa cinta dan kesedihan. kata "semestinya" sangat mengambarkan sekali bagaimana "dia" berusaha berandai-andai atas sebuah pertemuan. pertemuan yang menciptakan riak dalam keterikatan atas nama cinta dan berakhir dengan perayaan hebat atas patah hati.
Pada bagian lirik setelah reff , penyesalan tersebut masih terasa dengan jelas, seperti pda lirik "celakanya ku terbiasa" dan "menjadi utuh bersamanya". selanjutnya Rasa duka tersebut meluap menjadi pertanyaan-pertanyaan.
Jika Bisa dihindari
Untuk apa berlari?
jika masih berarti
untuk apa di akhiri?
Pertanyaan demi pertanyaan ini yang terlontar didalam otak dan jiwa. Pertanyaan yang mewakili rasa kepedihan yang mendalam. Kepedihan yang berlanjut kedalam bentuk pengandaian dan kalau bisa mencoba merubah garis waktu disaat semua bermula. Pada lirik "mungkin takkan terjadi" dan "akhirnya nyaris mati ( dan semestinya)" masih menunjukkan hal yang sama namun ada sedikit penekanan pada kata "dan semestinya". Seakan menunjukkan bahwa "dia" telah mencapai puncak akhir dan telah siap menuju fase akhir, Penerimaan.