education, music, healthy, and history

Minggu, 31 Desember 2017

benarkah borobudur merupakan tinggalan nabi sulaiman?

borobudur merupakan salah satu warisan cagar budaya yang terletak di daerah Magelang, provinsi Jawa tengah. borobudur sudah sangat di kenal oleh berbagai kalangan masyarakat, baik masyarakat dalam negeri, maupun luar negeri. Borobudur ini merupakan salah satu candi yang dibangun pada masa Syailendra yang di banguan antara tahun 780 -840 Masehi. Pada dewasa ini telah banyak penelitian yang dilakukan mengenai candi Boroburu, mulai dari penelitian berdasarkan sejarahnya, ornamen dan gaya hias, dari segi arkeologisnya, konservasi maupun yang lainnya. adalagi salah satu peneltian yang menanrik yakninya penelitian di bidang pseudo arkeologi atau arkeologi semu. arkeologi semu ini penafsirannya lebih kepada imajinasi atau "wangsit" seseorang, jadi tidak bersifat ilmiah. namun arkeologi semu ini tidak hanya sekedar lewat imajinasi saja namun juga dilakukan riset terlebih dahulu baik riset di lapangan, observasi maupun hal lainya yang nantinya mendapatkan penafsiran tersebut. akibatnya nanti akan banyak bermuncuklan penafsiran baru yang terkadang di luar logika serta tidak sesuai dengan penafsiran awal yang suah banyak dikenal.arkeologi semu ini juga termasuk kedalam Arkeologi Alternatif. Arkeologi alternative dapat didefinisikan sebagai apapun yang berbeda dengan fakta yang diberikan arkeologi dalam merekonstruksi dan menjelaskan masa lalu ( Schadla-Hall 2004: 256). Arkeologi alternative pertama kali digunakan oleh Tim Schadla-Hall (2004) untuk menyebut pseudo-scientific archaeology, fantastic archaeology yang berbeda dengan apa yang dinamakan main stream archaeology. Arkeologi alternatif selayaknya mendapat perhatian arkeolog karena memberikan tantangan terhadap interpretasi arkeologi (2004: 255). Berdasarkan hal tersebut tidak tertutup kemungkinan seseorang mengungkapkan fakta yang berbeda dengan fakta yang telah ada dikarenakan penafsiran yang berbeda.  Orang-orang awam sendiri juga bisa melakukan penafsiran tersebut apalagi di bidang arkeologi setelah muncul pemahaman bahwa arkeologi tidak hanya untuk arkeolog,namun juga untuk publik. Arkeologi publik mengakibatkan masyarakat bisa bersuara melalui penafsiran mereka dan menjadi lebih peduli dengan hal tersebut
    Arkeologi Semu ini sendiri berkembang dan kadang di pakai untuk menjelaskan fenomena tinggalan arkeologis yang terkadang belum bisa di jelaskan. ada yang menarik mengenai pendapat masyarakat mengenai Borobudur yang mengatakan bahwa Borobudur merupakan tinggalan Nabi Sulaiman yang dikemukanan oleh KH. Fahmi Basya. Beliau menulis fakta tersebut kedalam bukunya yang berjudul " Borobudur Tinggalan Nabi Sulaiman". Hal ini menjadi Viral dikalangan masyarakat awam dan mulai mempertanyakan apakah benar mengenai hal tersebut. KH. Fahmi Basya juga tidak asal menafsirkan fakta tesebut tanpa melakukan observasi dan juga kajian yang lebih lanjut. menurut saya itu merupakan hal yang sah-sah saja bila di dukung oleh data yang kuat. KH. Fahmi Basya sendiri melakukan kajian dengan menggunakan matematika Alqur'an yang di kaji melalui Alqur'an dan juga observasi dilapangan. kalau menurut beliau itu adalah tinggalan nabi Sulaiman mungkin bisa jadi benar, namun fakta dan data-data dilapangan yang telah lama dikaji sangat bertolak belakang dengan pendapat beliau. data dilapangan terebut sudah jelas mengatakan bahwa Borobudur tersebut merupakan tinggalan pada masa Hindu- Buddha di Indonesia. Borobudur sendiri banyak tercatat di dalam catatan yang telah ada baik dalam naskah kuno, dan juga prasasti. konsepsi dari Borobudur sendiri juga sama dengan bangunan suci yang ada pada agama Buddha. ornamen hias, dan terdapatnya patung para Buddha yanga da disana sudah sangat mengindasikan bahwa Borobudur merupakan tinggalan dari Dinasti Syailendra bukan dari tinggalan Nabi sulaiman. gaya arsitekturnya juga mencirikan gaya arsitektur dari agama buddha. ditambah lagi dengan relief yang ada juga menceritakan tentang perjalanan sang buddha, cerita Jatakan yang mengajarkan sifat kebaikan, serta di relief tersebut tidak terdapat cerita yang mengindikasikan adanya cerita dari nabi Sulaiman. Fakta ini sudah sangat jelas dan d beberapa dokumen seperti buku pun sudah sangat jelas menyebutkan borobudur merupakan tinggalan dari masa Hindu- Buddha.
menurut saya setelah membaca buku KH. Fahmi Basya tersebut, beliau memang sudah memaparkan data data dengan lengkap dengan metode Matematika Alqur'an beliau. menurut argumen saya data yang beliau sampaikan kedalam bukunya hanay terpaku kepada hitungan Matematika Alqur'an tanpa di barengi dengan data lainya. sehingga penafsiran itu masih menyebabkan kebingungan mengenai apa yang beliau sebutkan dalam bukunya. pengaruh dari Arkeologi semu ( Pseudo-arkeologi) ini memang berakibat bermunculannya penafsiran dari suatu tinggalan, namun hal itu sah-sah saja bila data tersebut kuat. terlepas dari penafsiran bahwa borobudur peninggalan nabi sulaiman atau bukan itu tergantung dari masyarakat dalam memahaminya. dalam arkeologi semu semua orang bebas berpendapat asal dengan fakta dan data yang kuat berdasarkan penelitian yang mereka lakukan. mengenai hasil penafsiran yang di hasilkan tergantung dari masyarakat yang memahaminya. apakah masyarakat percaya pendapat A atau B yang sama - sama memiliki data. namun sebaiknya Masyarakat tidak percaya begitu saja mengenai suatu pendapat,alangkah baiknya mencari informasi terlebih dahulu apakah benar atau salah pendapat yang ada. 




sumber: http://borobudurpark.com/temple/borobudur/ (diakses tanggal 31 desember 2017)
file:///C:/Users/Komputer/AppData/Local/Temp/3097-12693-1-PB.pdf (diakses tanggal 31 desember 2017)
http://whc.unesco.org/en/list/592  (diakses tanggal 31 desember 2017)

senja


antara hujan dan rindu, yang mengulang tanda sendu
entah apa yang dirasa, entah apa yang puan rasa rindu
aku tak khayal menikmati waktu, terkubur dalam sembilu
enyah dalam kata kau, termaki oleh kata rindu

tepat kini, diantara purnama senja menanti
kilatan dan hantaman suara, ku tak bisa melepas rasa
tepat antara persimpangan berita, lelah dirasa puan pun tak mengerti
kini hanya ada kata negatif, tak lebih dari tubuh penampung kata sedih

seandainya saja, waktu tak selalu memilah kata
daku pun tak ingin merasa dalam jejak sajak dalam cinta
kembali ke senja kepagi, boleh kita bersama sejenak?
menikmati rima dalam notasi nostalgia

kini senja, setiap jengkal jarak nadanya
mengutarakan jejak emosi yang memeluk indah
meringkuk diatas dalamnya pusat kesadaran
memendam beribu jeritan wajah penuh kepalsuan belaka

oh senja, bolehkah ku dekap rona merah di wajah indahmu
melepas beban dalam sudut emosi , memeluk dirinya 
ingin rasa menikmati hujan, menikmati dengan ketidaksadaran wadah
meminjam hati, memebedah diri, menjadi angin

senja, senja, oh senja
hangat kemilau dalam guratan malam
memaksa diri untuk tetap duduk terpana diam
merilekskan semua, dengan apa yang dikatakan dengan nada sumbang