Arkeologi Semu ini sendiri berkembang dan kadang di pakai untuk menjelaskan fenomena tinggalan arkeologis yang terkadang belum bisa di jelaskan. ada yang menarik mengenai pendapat masyarakat mengenai Borobudur yang mengatakan bahwa Borobudur merupakan tinggalan Nabi Sulaiman yang dikemukanan oleh KH. Fahmi Basya. Beliau menulis fakta tersebut kedalam bukunya yang berjudul " Borobudur Tinggalan Nabi Sulaiman". Hal ini menjadi Viral dikalangan masyarakat awam dan mulai mempertanyakan apakah benar mengenai hal tersebut. KH. Fahmi Basya juga tidak asal menafsirkan fakta tesebut tanpa melakukan observasi dan juga kajian yang lebih lanjut. menurut saya itu merupakan hal yang sah-sah saja bila di dukung oleh data yang kuat. KH. Fahmi Basya sendiri melakukan kajian dengan menggunakan matematika Alqur'an yang di kaji melalui Alqur'an dan juga observasi dilapangan. kalau menurut beliau itu adalah tinggalan nabi Sulaiman mungkin bisa jadi benar, namun fakta dan data-data dilapangan yang telah lama dikaji sangat bertolak belakang dengan pendapat beliau. data dilapangan terebut sudah jelas mengatakan bahwa Borobudur tersebut merupakan tinggalan pada masa Hindu- Buddha di Indonesia. Borobudur sendiri banyak tercatat di dalam catatan yang telah ada baik dalam naskah kuno, dan juga prasasti. konsepsi dari Borobudur sendiri juga sama dengan bangunan suci yang ada pada agama Buddha. ornamen hias, dan terdapatnya patung para Buddha yanga da disana sudah sangat mengindasikan bahwa Borobudur merupakan tinggalan dari Dinasti Syailendra bukan dari tinggalan Nabi sulaiman. gaya arsitekturnya juga mencirikan gaya arsitektur dari agama buddha. ditambah lagi dengan relief yang ada juga menceritakan tentang perjalanan sang buddha, cerita Jatakan yang mengajarkan sifat kebaikan, serta di relief tersebut tidak terdapat cerita yang mengindikasikan adanya cerita dari nabi Sulaiman. Fakta ini sudah sangat jelas dan d beberapa dokumen seperti buku pun sudah sangat jelas menyebutkan borobudur merupakan tinggalan dari masa Hindu- Buddha.
menurut saya setelah membaca buku KH. Fahmi Basya tersebut, beliau memang sudah memaparkan data data dengan lengkap dengan metode Matematika Alqur'an beliau. menurut argumen saya data yang beliau sampaikan kedalam bukunya hanay terpaku kepada hitungan Matematika Alqur'an tanpa di barengi dengan data lainya. sehingga penafsiran itu masih menyebabkan kebingungan mengenai apa yang beliau sebutkan dalam bukunya. pengaruh dari Arkeologi semu ( Pseudo-arkeologi) ini memang berakibat bermunculannya penafsiran dari suatu tinggalan, namun hal itu sah-sah saja bila data tersebut kuat. terlepas dari penafsiran bahwa borobudur peninggalan nabi sulaiman atau bukan itu tergantung dari masyarakat dalam memahaminya. dalam arkeologi semu semua orang bebas berpendapat asal dengan fakta dan data yang kuat berdasarkan penelitian yang mereka lakukan. mengenai hasil penafsiran yang di hasilkan tergantung dari masyarakat yang memahaminya. apakah masyarakat percaya pendapat A atau B yang sama - sama memiliki data. namun sebaiknya Masyarakat tidak percaya begitu saja mengenai suatu pendapat,alangkah baiknya mencari informasi terlebih dahulu apakah benar atau salah pendapat yang ada.
sumber: http://borobudurpark.com/temple/borobudur/ (diakses tanggal 31 desember 2017)
file:///C:/Users/Komputer/AppData/Local/Temp/3097-12693-1-PB.pdf (diakses tanggal 31 desember 2017)
http://whc.unesco.org/en/list/592 (diakses tanggal 31 desember 2017)