education, music, healthy, and history

Sabtu, 21 April 2018

sang pengelana

pagi itu sperti biasa, nyanyian biduan pagi mulai bergema. antara senandung dan tarian alam ibu pertiwi aku hany bisa melihat dan menikmati kesahduan pagi. Bagi mereka yang memiliki rumah, mungkin itu adalah hal indah ketika memulai aktivitas. aku hanya bisa membayangkan saja, bagi seorang pengembara hanya bisa menikmati hutan dan kerasnya alam, menikmati hujan yang merindukan bumi. Berjalan dan terus berjalan ditengah padang bunga nan indah. Hari ini juga begitu, melanjutkan kembali perjalananku yang entah sampai kapan akan terhenti. pagi ini setelah membereskan peralatanku, aku kembali melanjutkan perjalanan panjang untuk berjumpa dengan kota selajutnya. Aku hanya bosan, tak ada yang bisa membayangkan perjalanan sendiri tanpa tujuan yang jelas. Fajar kali ini pun sangat indah, aku lalui jalan setapak ini dengan beberapa kebosanan yang selalu dan selalu aku rasakan. Tiap hutan, lembah, atau sungai mereka punya ceritanya masing-masing. Menjebak pengelana untuk tetap disana sampai akhirnya dia menyatu dengan semesta. Banyak sekali yang aku temukan, mulai dari perkampungan yang mati, para pertapa gila yang mencari kesaktian, nyanyian para dewi kayangan, sampai tangisan dari arwah pendendam. Tidak hanya itu, terkadang yang mereka anggap dewa pun datang dibekas kuil tua yang tak berpenghuni. Berjalan dan terkadang sesekali tertawa melihat tempat yang dulunya ramai kini hanya menjadi tempat tak bertuan. Sungguh alam punya cerita disetiap tempatnya, tak ada yang bisa menebak atau menahan betapa gilanya alam ketika bertidak.

Siang ini pun aku belum menemui tanda-tanda dari kota, hanya ada hutan tak bersekat. Hewan yang berlalu lalalng menemani perjalanan kali ini, ada kawanan rusa, kijang, kerbau, serta raja rimba yang berpatroli didaerah kekuasaannya. Tepat di antara 2 pohon tua aku melepaskan penat dari setiap inci otot tubuhku. Aku membuka bekal yang tekah aku siapkan malam itu, bekal seadanya tapi berarti bagi sang tuan ditubuhku. ketika keasyikan memakan bekalku,terdengah suara rintihan meminta pertolongan. Aku tak tau apakah itu manusia atupun makhluk lain yang sedang terjebak, aku hanya bisa memastikan dimana suara itu berasal. Aku bereskan bekalku, kemudian berjalan menuju kearah suara itu berasal. Kemudian apa yang aku dapati, sebuah pemandangan yang tak biasanya.Entah itu hewan sucikah, ibliskah, atau hewan raksasa tapi sosok itu pasti membuat siapapun yang melihat membatu ditempat dimana ia berdiri.Mungkin bentuknya seperti burung elang, dengan ukuran tubuhyang sangat tidak normal. Ukuran tubuh dengan panjang sekitarn 10 meter dan lebarnya sekitar 7 meter sedang tergeletak di lantai hutan. Apalagi dengan paruh dan cakar runcing berwarna hitam mengkilap. Antara rasa ragu , aku memberanikan diri mendekatinya. Sekitaran 3 meter , dia menoleh dan menatapku. Bola mata yang besar mengkilap bagaikan cermin raksasa mengamati pergerakanku. Aku hanya bisa menatap balik, membuat dia tidak menganggapku sebagai ancaman.aku dekati lebih dekat dan mulai melihat lukanya. Terdapat luka sayatan yang tidak terlalu besar tapi cukup banyak. Aku mencari tumbuhan obat,lalu menumbuknya dan membaluri keluka yang diderita makhluk tersebut. Aku memutuskan untuk menetap sampai dia benar-benar sembuh. Pada awalnya memang dia sedikit tidak suka dengan kehadiranku, apalagi ketika dia mulai berada di posisi siaga. Tersenyum dan bersabar menjadi pilihan terbaik untuk mengurusi sikapnya tersebut. ini akan terasa sangat lama pikirku sembari tersenyum sendiri.

Sudah hampir sebulan aku merawatnya, dan lukanya mulai membaik. Aku merasa lega, perjuanganku tidak sia-sia. Mulai dari merawat lukanya, mencarikan dia makan , sampai dia merasa nyaman di dekatku. Ini merupakan sensasi kebahagian tersendiri ketika dijalani, mendapatkan seorang teman walaupun bukan manusia. Kini merupakan perpisahanku dengannya, ketika dia sudah mendingan dari sebelum bertemu. Aku akan melanjutkan perjalan sepiku lagi. Aku hanya menatapnya, meletakkan tangan ku kedahinya, sambil tersenyum. Sepertinya merasakan perasaanku, dia mulai mengeluarkan air matanya. ternyata makhluk seperti dia bisa menangis juga. Sebelum aku pergi dia tiba-tiba bersuara. Bulu kudukku mulai berdiri, keringatku mulai bercucuran. Siapa yang tidak  merasa takut ketika hal yang diluar nalar terjadi,walaupun pengelana sepertiku yang sudah lama berurusan dengan hal seperti itu.
" terima kasih temanku, kau tak usah takut. Pada awalnya aku memang tidak ingin berbicara sepert ini kepadamu, namun setelah apa yang kau lakukan untukku mungkin tak ada salahnya aku berbicara kepadamu. Aku memang tak bisa mempercayai manusia, mereka terkadang selalu saja memburuku. Mengendalikanku dengan caranya. Hasrat hitam mereka yang terkadang membuatku membenci dan tidak ingin berurusan dengan mereka. Namun sepertinya kau orang yang berbeda, jiwamu sangat nyaman dan penuh dengan kedamaian. mungkin aku tak dapat memberimu apa-apa, namun ambilah ini temanku"
"apa ini? mengapa kau memberikannya kepadaku? aku tak butuh imbalan apapun, aku melakukannya karena aku suka. Bertemu dengan mu saja sudah membuatku senang." kataku kebingungan.
" Tak apa temanku, aku tahu kamu memang seperti itu. Namun ambilah ini, mungkin bisa berguna suatu saat nanti. Aku yakin kamu orang yang tepat untuk barang ini."
" Baiklah aku akan mengambilnya, tapi kalau boleh tau siapakah namamu teman?"
" Nara, itu namaku teman. Bila suatu saat kau membutuhkanku panggil saja namaku. Aku akan menemui."
"Baiklah nara, mungkin ini perpisahan kita. semoga saja kita dapat dipertemukan takdir untuk bertemu kembali".

Aku memeluknya, kemudian berbalik badan lalu melanjutkan langkahku untuk kekota. Ketika aku meninggalkannya ada perasaan aneh yang muncul. Aku kemudian menuntaskan rasa penasaranku dan berbalik menuju kearahnya. Namun apa yang terjadi, dia menghilang tanpa jejak. Suara kepakan sayapnya pun tidak terdengar. Aku hanya mematung lalu melanjutkan perjalananku. Mungkin ini sebuah rahasia yang tak akanku ceritakan kepada siapapun.

Setengah hari perjelanan, aku menemukan kuil kecil yang sudah tidak digunakan. Aku beristirahat disana melepaskan penatku. Bangunannya sangat khas sekali, dengan tempat yang sangat indah. Tempat terbaik untuk memanjatkan doa dan mencoba menyatu dengan semesta. Aku merebahkan badanku di sebuah pohon rindang yang indah. Pohon dengan bunga merah muda, yang menarik siapapun untuk datang dan berdiam disana. Tak berapa lama rasa kantukku muncul dan akhirnya aku tertidur. entah berapa lama aku tertidur, aku tidak tau. Ketika bangun suasana pagi yang kurasakan, seperti biasanya. kala itu terasa dingin, membuat tulangku bernyanyi. kabut yang menutupi membuat jiwa tenang. Di balik tebalnya kabut, ada sosok yang terlihat samar. Berdiri memandangi lembah dan hutan yang ada. Aku pun mencoba menuju kearahnya, sosok itu ternyata seorang gadis. Gadis yang sangat cantik, dengan wajah seperti dewi kayangan, mata indah bak bulan purnama, senyum indah dengan bibir merah  merona. Siapapun yang melihatnya pasti akan memuji kecantikannya yang luarbisa. Tepat di bawah rindang itu, mata berbalas dengan mata. Suasana menjadi hening, waktu terasa sangat terhenti. Seolah-olah menjebakku dengannya, mengikatku dengan pesonanya. Dia hanya tersenyum kepadaku, menatapku dengan mata indahnya. Oh tuhan , semua terasa seperti mimpi.

Dia hanya melihatku, tak curiga dan menganggapku seperti orang jahat. Aku mendekatinya dan mengajaknya memulai obrolan. aku rasa , aku sudah jatuh cinta pada pandangan pertama. Pikiranku pun tak memikirkan apa-apa, menganggap dia bukan manusia pun tak ada. Aku tak memperdulikan apapun, hanya ada perasaan yang membimbingku untuk kesana untuk menemuinya. Kami mengobrol panjang lebar soal semua hal, tanpa terasa sang fajar sudah berada di sepertiga langit. Kemudian aku bertanya dia ada disini. Dia menjawab alasannya, dan ada satu hal yang membuatku merasa bingung. Dia sendiri menatapku seakan kita pernah bertemu ataupun bersama. Soal perasaan yang terasa pun juga sama, ada perasaan nyaman ketika bersamanya.

" kau tau alasanku disini, menunggumu untuk datang ketempat ini. ketika kau ucapkan janji dibawah pohon sakura ini. Ketika nafas dan jiwa mulai terpisah, aku tau kita akan bertemu kembali. Menunggu disini selama ratusan tahun tak membuatku bosan. Ada rindu yang ingin berpulang kepadamu, ada resah yang menunggu untuk kau jemput."

"Rindu pun aku tak tau, namun kenapa kau menungguku? bertemu saja kita baru pertama.Aku hanya seorang pengembara yang kehilangan rumah. berkelana hanya untuk menuntaskan perasaanku. mengenal arti rumah yang dulu telah hilang dalam hidupku. kini kau bilang dikau menungguku puan? jangan buat aku menjadi bingung puan.'' kataku bingung.

"tak usah kau pikirkan, suatu saat kau akan menemukan jawaban tentang pertemuan ini. Aku tau bahwa kau akan kembali kesini, untuk menjemput rasaku kepadamu. walaupun kau orang yang berbeda, jiwa tetaplah dia yang ku kenal dan yang kucinta. Suatu saat nanti kita akan bertemu lagi, untuk menuntaskan janji yang pernah kita buat disini. semoga dewa mengabulkan permintaanku. terima kasih kau telah menemuiku, sekarang resahku telah usai. rindu ini biarkankan waktu yang memulangkan kepadamu."

Tanpa sadar dia mengecup pipiku, semuanya hening seketika. Wajahnya yang terlihat bahagia , membuat air mataku menetes seketika. ada perasaan yang muncul, namun aku tak tau apa. dia hanya tersenyum dan kemudian menghilang seketika. Bersamaan dengan kabut yang mulai lenyap. Kini kembali seperti semula, kuil tak dan pepohonan, aku rasa mungkin ada suatu jawaban yang harusku cari.
Aku melanjutkan pejalananku kekota, dia memberitahuku letak kota terdekat berada. Aku hanya ingin mencari jawaban yang dia katakan. Kini terselip sebuah perasaan rindu yang mulai menguasai jiwaki. pertemuan itu membuatku ingin mencari tahu tentang dia.

sore hari, aku tiba dikota itu. kota yang lumayan besar dengan penduduk yang ramai memberesi barang dagangannya. aku mencari penginapan dan bertanya kepada penduduk dimana kui terdekat berada. mereka menunjukkan arahnya kepadaku. Sampai dikuil itu aku merasa terkejut, bangunan itu terasa tak asing bagiku. setiap detilnya aku tau dan paham, ketika berada didalam pun tak ada yang berubah. dan yang membuatku terkejut dia yang aku temui ternyata dewi yang dipuja. aku langsung syok dan langsung keluar. berteriak dengan menantang langit sambil meneriaki semesta, kenapa hidupku seperti ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar